15/08/2012 - 07:20:00 PM | Author: Rissalah Maulana
Di tanah Arab, Bulan Ramadhan adalah waktu untuk
bersilahturahmi antara sanak keluarga dan kerabat. Mereka biasa
bersilahturahmi pada saat Iftar atau saat waktu berbuka puasa. Selain
itu ada tradisi warga Arab yang cukup digemari kalangan warga Laki-Laki
yaitu bermain futsal.
Cerita dimulai pada awal abad ke-20. Ketika perang masih bergejolak, para pemuda membuat lapangan darurat di gang-gang kecil daerah ibukota negara-negara Timur Tengah. Para pemuda dengan sangat antusias bermain sepakbola sehabis berbuka puasa.
Pada waktu itu, beberapa tim yang terdiri dari 4-5 pemain membuat kompetisi mini yang terdiri dari beberapa tim. Satu tim tersebut adalah beberapa pekerja yang berasal dari satu lingkungan. Kompetisi biasanya akan dimainkan sepanjang bulan Ramadhan.
Selama bertahun-tahun kompetisi ini menjadi jadwal wajib setiap Ramadhan, dan pindah dari lapangan di ruang terbuka ke lapangan dalam ruangan. Di negara-negar Arab, khususnya di Uni Emirat Arab, turnamen ini bahkan disiarkan langsung oleh stasiun televisi. Lalu datang sponsor mendanai kompetisi tersebut, dan saat ini, beberapa perusahaan besar seperti telekomunikasi dan produsen air mineral, mengucurkan dana ribuan dollar kepada olahraga yang sudah menjadi hobi di kalangan masyarakat Arab ini.
"Ini bukan sebuah kompetisi olahraga lagi, ini lebih seperti sebuah tradisi, sebuah ritual. Adalah normal bagi kami untuk bertemu dengan teman-teman setelah iftar untuk menonton pertandingan. Biasanya ada beberapa pemain yang mempunyai teknik bagus yang memperlihatkan kemampuannya," kata Khaled Abdel Rahman, salah satu penduduk Dubai.
"Saya telah bermain di Liga Ramadhan sejak usia 14 tahun," kata Muhammad Mustafa yang saat ini berusia 54 tahun, tetapi masih bermain untuk timnya. "Waktu itu, kami bermain di jalanan. Saat ini Liga Ramadhan diselenggarakan oleh klub sosial tempat saya bernaung," lanjutnya.
Meskipun masih populer di tingkat lokal, futsal Ramadhan telah menjalar ke luar pusat kota, yaitu di pedesaan terpencil. Didorong oleh fanatisme mereka untuk mengikuti turnamen papan atas serta membanggakan tim dari klub profesional atau dari lembaga pemerintah serta institusi pendidikannya.
Tim yang mengikuti turnamen biasanya terdapat nama pengusaha terkemuka atau pemimpin agama pada nama timnya. Di beberapa negara, partai politik juga ikut terlibat mensponsori tim atau liga untuk meningkatkan popularitas partai mereka.
Beberapa pemain sepakbola profesional pun juga pernah ambil bagian dalam turnamen ini. Fenomena ini tidak jarang menjadi permasalahan klub sepakbola tempat pemain tersebut bermain. Mereka takut, jika sang pemain masih ikut ambil bagian pada turnamen Futsal Ramadhan, sang pemain akan mengalami cedera yang berakibat mereka tidak dapat tampil bersama klub.
Nama-nama pemain sepakbola Timur Tengah yang pernah bermain di liga Futsal Ramadhan antara lain adalah mantan Playmaker Udinese, Hazem Emam, dan pemain kembar asal mesir, Hossam dan Ibrahim Hassan. (ichie/fifa.com)
Cerita dimulai pada awal abad ke-20. Ketika perang masih bergejolak, para pemuda membuat lapangan darurat di gang-gang kecil daerah ibukota negara-negara Timur Tengah. Para pemuda dengan sangat antusias bermain sepakbola sehabis berbuka puasa.
Pada waktu itu, beberapa tim yang terdiri dari 4-5 pemain membuat kompetisi mini yang terdiri dari beberapa tim. Satu tim tersebut adalah beberapa pekerja yang berasal dari satu lingkungan. Kompetisi biasanya akan dimainkan sepanjang bulan Ramadhan.
Selama bertahun-tahun kompetisi ini menjadi jadwal wajib setiap Ramadhan, dan pindah dari lapangan di ruang terbuka ke lapangan dalam ruangan. Di negara-negar Arab, khususnya di Uni Emirat Arab, turnamen ini bahkan disiarkan langsung oleh stasiun televisi. Lalu datang sponsor mendanai kompetisi tersebut, dan saat ini, beberapa perusahaan besar seperti telekomunikasi dan produsen air mineral, mengucurkan dana ribuan dollar kepada olahraga yang sudah menjadi hobi di kalangan masyarakat Arab ini.
"Ini bukan sebuah kompetisi olahraga lagi, ini lebih seperti sebuah tradisi, sebuah ritual. Adalah normal bagi kami untuk bertemu dengan teman-teman setelah iftar untuk menonton pertandingan. Biasanya ada beberapa pemain yang mempunyai teknik bagus yang memperlihatkan kemampuannya," kata Khaled Abdel Rahman, salah satu penduduk Dubai.
"Saya telah bermain di Liga Ramadhan sejak usia 14 tahun," kata Muhammad Mustafa yang saat ini berusia 54 tahun, tetapi masih bermain untuk timnya. "Waktu itu, kami bermain di jalanan. Saat ini Liga Ramadhan diselenggarakan oleh klub sosial tempat saya bernaung," lanjutnya.
Meskipun masih populer di tingkat lokal, futsal Ramadhan telah menjalar ke luar pusat kota, yaitu di pedesaan terpencil. Didorong oleh fanatisme mereka untuk mengikuti turnamen papan atas serta membanggakan tim dari klub profesional atau dari lembaga pemerintah serta institusi pendidikannya.
Tim yang mengikuti turnamen biasanya terdapat nama pengusaha terkemuka atau pemimpin agama pada nama timnya. Di beberapa negara, partai politik juga ikut terlibat mensponsori tim atau liga untuk meningkatkan popularitas partai mereka.
Beberapa pemain sepakbola profesional pun juga pernah ambil bagian dalam turnamen ini. Fenomena ini tidak jarang menjadi permasalahan klub sepakbola tempat pemain tersebut bermain. Mereka takut, jika sang pemain masih ikut ambil bagian pada turnamen Futsal Ramadhan, sang pemain akan mengalami cedera yang berakibat mereka tidak dapat tampil bersama klub.
Nama-nama pemain sepakbola Timur Tengah yang pernah bermain di liga Futsal Ramadhan antara lain adalah mantan Playmaker Udinese, Hazem Emam, dan pemain kembar asal mesir, Hossam dan Ibrahim Hassan. (ichie/fifa.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar